Electric
Power Steering ( EPS ) merupakan salah satu teknologi dibidang
otomotif yang sangat memberikan kemudahan bagi para pengguna kendaraan.
Teknologi ini membantu meringankan putaran kemudi yang bertujuan meningkatkan
efisiensi kerja kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja power
steering. Perubahan ini mengalihkan sistem hidraulis ke elektrik.
Alasannya sederhana. Sistem power steering hidraulis memperbesar
konsumsi bbm kendaraan. Kebutuhan energi untuk sistem itu dalam beroperasi,
lebih besar dari penggunaan AC mobil. Malah sistem hidraulis berada pada posisi
ketiga untuk kerugian mekanis yang dialami mobil ketika bergerak. Posisinya di
bawah kerugian akibat hambatan udara dan gesekan dengan jalan.
Di era 1990-an, fitur power steering hanya hadir pada mobil-mobil mewah
yang beredar di Indonesia. Atau menjadi fitur tambahan pada mobil yang lebih
terjangkau. Kala itu, sistem power steering yang digunakan adalah jenis
hidraulis. Namun beberapa tahun belakangan ini, produsen kendaraan melakukan
pengembangan sistem yang membantu meringankan putaran kemudi itu. Honda Motor
Co., menjadi pabrikan mobil pertama yang mengembangkan dan menggunakan Electric
Power Steering (EPS) untuk mobil massalnya yakni pada Honda Acura NSX pada
1993.
Dalam hal perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan tidak
bikin repot lagi seperti model konvensional,” tutur Iwan Abdurachman, technical
trainee PT Toyota Astra Motor. Nah karena bebas perawatan, EPS ini jarang
ditengok. Problem yang terjadi juga tidak dikenali. Bahkan baru paham setelah
kejadian. Untuk mengetahui detail perihal EPS, yuk kita kenali lebih dalam.
Model
Fully electric cenderung paling responsif
Semua EPS yang diaplikasikan, pada dasarnya tetap menggunakan tenaga
bantuan motor elektrik. Perbedaaannya bisa dibagi dua. Pertama dengan sebutan
fully electric. Artinya motor listrik bekerja langsung dalam [img]membantu
gerakan kemudi. Baik yang letaknya menempel pada batang kemudi, seperti pada
Toyota Yaris dan Vios. Juga yang letaknya menempel pada rack steer seperti
Honda Jazz, Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan pada generasi awal yang diterapkan
Mazda Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown keluaran 2005, di tempatkan
pada gearbox steering.
Kedua model semi electric. Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan
untuk mendorong hidraulis. Ini sebagai pengganti pompa power steering yang
menempel di mesin dan diputar oleh sabuk V-belt. Misalnya seperti pada
Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class. Perangkat EPS yang digunakan
tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih mengandalkan minyak untuk
meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang
tekan dan slang balik dari minyak.
Dinamo masih harus meneruskan oli untuk membuat tekanan dalam racksteer.
Hadirnya sistem ini memang relatif sebagai penyempurnaan sistem PS model lawas
atau konvensional. “Respons terhadap gerakan kemudi juga semakin baik dan lebih
disesuaikan kondisi dibanding model biasa,” tambah Iwan. Terutama pada
mekanisme fully electric. Pada umumnya terdiri dari sensor gerak (torque
sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul EPS dan peranti pendukung ECU
lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi dideteksi pertama kali
oleh sensor yang kebanyakan letaknya pada poros batang kemudi (steering
column). Gerakan kiri-kanan oleh setir bakal diterima oleh sensor untuk diatur
modul sebagai otaknya.
Setelah ada gerakan setir yang cepat ataupun lambat, akan dideteksi juga
untuk disesuaikan menurut laju kendaraan. Semakin lambat laju mobil, artinya
akan semakin besar juga kebutuhan daya oleh motor eletrik. Hasil perhitungan
modul EPS akan mengatur besaran arus yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan mekanisme semi electric cenderung lebih repot. Pasalnya,
komponen yang digunakan juga lebih banyak dibanding model fully electric.
Adanya tekanan hidraulik dalam sistem ini berarti kerja simultan mulai dari
sensor, modul dan dinamo masih diteruskan ke hidrolis lagi. Sehingga kerja
power steering secara elektrik hanya pada tahap awal saja. Selanjutnya setelah
kecepatan dinamo menciptakan tekanan minyak PS tertentu, meringankan rangkaian
racksteer pada PS konvensional.
Pada umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan
beberapa perangkat elektronik yang sama, seperti:
1.
Control Module : Sebagai komputer untuk mengatur
kerja EPS.
2.
Motor elektrik : Bertugas langsung membantu
meringankan perputaran setir.
3.
Vehicle Speed Sensor : Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module tentang kecepatan mobil.
4.
Torque Sensor : Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control
module jika setir mulai diputar
oleh pengemudi.
5.
Clutch : Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
6.
Noise Suppressor : Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.
7. On-board Diagnostic Display : Berupa indikator di
panel instrumen yang akan menyala jika ada masalah dengan sistem EPS.
PERAWATAN
Sebagai komponen yang relatif tanpa perlu lagi melakukan perawatan.
Umumnya sebatas melakukan perawatan pada komponen luar rangkaian motor elektrik.
Pasalnya, parts pengganti seperti dinamo, sensor dan komponen kecil lainnya
belum dijual di pasaran. Jika terjadi kerusakan, umumnya harus mengganti satu
rangkaian. Misalnya model steer column yang tergabung dengan dinamo atau dengan
racksteer.
Walau komponen tersebut didesain tidak mudah rusak. “Sebaiknya air
jangan masuk ke motor elektrik. Seperti saat cuci mobil. Terutama buat yang
letaknya tergabung dengan racksteer atau di kolong mobil,” beber Rachmansyah
Nasution.
Sebagai perawatan, menurut Rachman komponen EPS sebaiknya diperiksa
secara rutin waktu mobil dalam kondisi terangkat. Misalnya saat melakukan cuci
kolong diperiksa kondisi kabel penghubungnya. Atau bisa dengan menambahkan
pelindung komponen yang bisa kemasukan air. Mulai dari bagian soket. “Bisa
ditutupi dengan balutan lakban,” pesannya.
Sekring EPS yang umumnya tertancap dalam kotak sekring dalam kabin mesin
perlu diperiksa juga. Biar enggak bermasalah, bisa semprot dengan cairan
sejenis pembersih atau contact cleaner. Atau diganti setelah tampak kendur.
Selain itu, komponen penunjang lain seperti karet boot steer dan joint
steer bisa dirawat seperti biasa. Jika tampak sobek hingga getas pada sistem
semi electric artinya perlu penggantian segera. Jika joint steer dan bagian tie
rod mulai oblak artinya perlu penggantian juga seperti merawat PS biasa saja.
DETEKSI
Permasalahan yang ditemukan dalam sistem EPS tentu macam-macam. Jika
berat seperti yang dirasakan Firman, biasanya disebabkan karena suplai arus ke
dinamo yang tidak normal. Sebagai tanda ada problem, lampu indikator EPS
umumnya akan menyala. Setelah lampu menyala, sistem EPS secara otomatis akan
tidak berfungsi alias terasa berat diputar.
Mendeteksi problem perlu menggunakan alat khusus. Pada bengkel resmi
sudah pakai alat scan untuk mendiagnosa secara elektronik. Namun paling mudah
bisa dilakukan sendiri dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi
sekring tidak longgar, korosi hingga putus dalam boks sekring pusat yang
letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan kerusakan terjadi pada komponen lain
yang harus diperiksa oleh bengkel. Baik pada bagian soket penghubung, modul,
dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan.
MENGUBAH
SEMI ELEKTRIK JADI FULL HIDRAULIK
Mengandalkan putaran AC ataupun waterpump
Dari semua model power steering (PS) elektris, motor dan perangkat modul
jebol pasti bikin putaran setir berat. Nah buat yang mengaplikasi sistem
elektronik-hidraulik, ada solusi alternatif daripada mengganti motor PS hingga
modul pengatur kerja motor. “Lebih baik diganti model hidraulik saja. Lebih
murah dan mudah perawatannya,” ujar Purwanto dan Paulus Dwi Eriawan dari MW
Power Steering di Lebak Bulus, Jakbar.
Tipe PS elektrik hidraulik ada pada Chevrolet Zafira, Mercedes-Benz
A-Class atau Peugeot 307. Kalau motor listrik PS ini rusak, jelas bikin berat.
Karena tidak bisa memutar pompa lagi. Sayangnya, komponen ini masih tergolong
mahal, harganya mencapai Rp 10 juta.
Nah, sistem pompa elektrik itu bisa diganti dengan pompa mekanis yang
mengandalkan putaran mesin. “Makanya hanya bisa digunakan untuk sistem
elektrik-hidraulik. Karena masih pakai cairan PS. Tidak bisa untuk yang full
elektrik,” papar Wawan, sapaan akrab Paulus Dwi Eriawan. Hanya dengan dana Rp
3,5 juta, sistem hidraulis ini bisa terpasang berikut beberapa tambahan
kedudukan. Merogoh kantong pun lebih ringan.